Analisis Drama


                                        
Judul drama : Tak Ada Bintang di Dadanya
Karya : Hamdy Salad

Ringkasan Cerita :
Suatu pagi sehabis subuh Pak Hasan sedang duduk di ruang kerjanya. Ia sedang memeriksa PR murid-muridnya.
                Istrinya menyuruh Pak Hasan untuk istirahat dulu sejenak, karena ia terus saja mengurus pekerjaannya setelah pulang dari luar kota kemarin. Pak Hasan menjelaskan bahwa pekerjaannya itu adalah masalah penting yang membahas agama. Jadi, mesti diperiksa dengan benar.
                Istrinya mengobrol sambil melanjutkan meyapu lantai. Istrinya pun berbicara kalau baiknya Pak Hasan bekerja seadanya saja tanpa membedakan apakah itu matematika, ekonomi, atau agama, karena sama-sama pelajaran di sekolah. Pak Hasan pun menjelaskan kembali kalau itu beda urusannya. Kalau matematika yang salah, itu bisa diperbaiki. Tetapi kalau soal agama, bisa bahaya jika ada kesalahan, karena masuk ke dalam hati. Salah sedikit saja akan mempengaruhi tingkah laku anak. Pelajaran agama itu juga masalah hati, masalah moral bangsa.
                Kemudian, istrinya mengingatkan lagi kalau kesehatan Pak Hasan juga perlu diperhatikan agar tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai guru. Kalau Pak Hasan sakit, istrinya akan kerepotan dan anaknya yang masih kuliah di luar kota akan merasa khawatir dengan keadaan Ayahnya.
                Pak Hasan masih terlihat memeriksa PR sampai ia menguap berkali-kali dan tiba-tiba tertidur. Dalam tidurnya Pak Hasan bermimpi didatangi tiga orang anak didiknya dulu yang berpenampilan seperti preman yang hendak merampok. Dalam mimpinya, anak pertama berbicara  seolah menyalahkan sosok Pak Hasan sebagai seorang guru yang dulunya mengajarkan mereka untuk bersikap baik hati, selalu ikhlas, dan bersyukur. Tetapi, pada kenyataannya mereka masih hidup dalam kemiskinan bahkan menderita. Lalu, anak kedua juga berbicara dan menyalahkan Pak Hasan karena mengajarkan untuk hidup sederhana, tidak boleh mencuri, dan tidak boleh mengambil hak orang lain, serta tidak boleh pacaran. Kemudian, anak ketiga pun menyalahkan Pak Hasan dan mengusulkan untuk menghabisi Pak Hasan dan membuangnya saja karena telah membuat mereka menderita. Dalam mimpinya juga, Pak Hasan dimaki-maki dan dihina serta disalahkan karena menjadi seorang guru yang hanya bisa ngomong saja yang baik-baik tetapi dengan berbuat baik mereka tetap saja hidup dalam kemiskinan dan menderita kesusahan.
                Setelah itu, tiba-tiba Pak Hasan bangun terkaget. Istrinya juga memberi tahu kalau ada tamu diluar yang menunggunya. Pak Hasan masih kaget dengan mimpi buruknya.
                Tamu mereka pun sudah lama menunggu di luar. Istrinya Pak Hasan lalu membukakan pintu. Para tamu pun masuk. Ternyata yang datang adalah murid-muridnya Pak Hasan. Mereka tahu kalau hari itu Pak Hasan tidak ada kelas untuk mengajar. Pak Hasan pun heran dengan kedatangan muridnya. Ia takut kalau mimpinya menjadi kenyataan.
                 Tiba-tiba anak muridnya yang lain masuk, ternyata mereka sudah menunggu di luar rumah beberapa orang. Mereka membawakan kue ulang tahun, meniupkan terompet dan memberikan hadiah kepada Pak Hasan. Pak hasan terkejut dan merasa senang ternyata mimpinya tidak menjadi nyata. Pak hasan mengucapkan terima kasih kepada anak muridnya yang telah mengingat kelahirannya.
                Lalu, Pak Hasan pun membuka hadiah dari muridnya, isinya adalah foto Pak Hasan yang memiliki simbol bintang di dadanya. Tetapi, Pak Hasan menyuruh muridnya untuk melepaskan simbol bintang itu dengan alasan bintang itu untuk pangkat jendral. Sedangkan, ia bukan jendral. Mengajar itu menurut Pak Hasan bukan untuk mendapatkan bintang. Tetapi, itu semua tugas dan kewajibannya sebagai guru agama.
                Anak-anak muridnya pun mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak hasan lalu kembali ke rumah masing-masing.

Dialog :
ISTRI : Pak, ISTRIhat dulu pak. Kan masih ada waktu. Besok kan ndak apa-apa. Jalan-jalan gitu lho pak, biar sehat. Bapak kan baru kemarin pulang dari luar kota, apa ndak capek.

PAK HASAN : Ya, iya … (lalu menyeruput kopi dari gelas) Keluar kota itu kan juga dalam rangka tugas guru, Bu. Jadi ya … ndak boleh capek. Melaksanakan tugas dan kewajiban itu juga seperti jalan-jalan, Bu. Malah bisa menyehatkan badan, juga hati dan pikiran.

ISTRI : Tugas apa sih pak, kok kelihatan penting banget. Sejak kemarin kok di situ terus… Sekali-kali bantu masak di dapur tho pak, pak. Kata Bu Amir, tetangga kita yang dosen itu, memasak itu bukan kewajiban istri saja, tapi ...

PAK HASAN :Ini soal penting, Bu! Bukan soal masak-memasak. Ini pelajaran, masalah agama. Jadi saya mesti mengoreksinya dengan benar. Kalau guru hanya mengoreksi soal-soal penting dan fondamen seperti ini hanya main-main, apa jadinya murid-muridku nanti. Bisa-bisa jadi rusak generasi bangsa ini.

ISTRI : Kan banyak juga guru yang bekerja seadanya, Pak. Yang bekerja tanpa membedakan apakah itu matematika, ekonomi atau agama, kan sama-sama pelajaran di sekolah (sambil bicara, istri mengambil sapu dan membersihkan lantai ).

PAK HASAN : Beda, Bu, beda!. Kalau matematika salah, bisa diperbaiki. Kan hanya di kepala, di otak. Kalau soal agama, bahaya, karena masuk ke dalam hati. Salah sedikit bisa mempengaruhi tingkah laku anak. Pelajaran agama itu juga masalah hati, masalah moral bangsa, masalah kehidupan di dunia dan di akhirat nanti. Jadi bukan sekedar angka, tidak bisa disamakan dengan matematika atau pelajaran …

Unsur Intrinsik
a)      Tema
Tema yang diangkat dalam cerita drama ini adalah “Seorang Guru yang Begitu Perhatian dan Peduli  kepada Murid-muridnya Terutama dalam Moral dan Etika”.

b)      Plot atau Alur
Plot atau alur cerita drama ini adalah alur maju.

c)       Tokoh dan Penokohan
1)      Pak Hasan, seorang guru agama yang baik hati, selalu mengajarkan kebaikan pada murid-muridnya, tidak pernah capek dalam bekerja, tidak pernah putus asa, pantang menyerah, dan selalu serius juga teliti dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
2)      Istri Pak Hasan, baik hati, penyayang, perhatian kepada suaminya, tetapi sedikit kurang mengerti soal tugas dan kewajiban dalam pekerjaan yang menganggap tugas guru itu hanya main-main dan menyepelekan pekerjaan suaminya.
3)      Tiga anak dalam mimpi, berperan antagonis yaitu anak-anak nakal yang tidak punya sopan santun, tidak beretika, tidak tahu diri, dan mereka orang-orang yang menyalahkan jasa guru mereka sendiri.

d)      Latar
Latar tempat; di rumah Pak Hasan, di dalam mimpi, di luar kota, dan di dapur.
Latar waktu; pagi hari sehabis subuh, kemarin, pagi menjelang siang.
Latar suasana; penuh semangat dalam bekerja yang dialami dan dijalani pak hasan, tiba-tiba menjadi kaget dan ketakutan karena pak hasan alami mimpi buruk dan mengerikan karena muridnya yang ingin mencoba mencelakainya, tapi berubah menjadi bahagia dan bangga ternyata mimpinya tak menjadi kenyataan, ternyata pada hari itu pak hasan ulang tahun dan mendapat hadiah serta doa dari murid-muridnya.

e)      Amanat
1)      Jadilah guru yang baik, yang bisa dijadikan panutan oleh murid-muridnya, yang mengajarkan banyak hal baik pada orang lain, dan bekerja sesuai tugas dan kewajibannya tanpa mengharap imbalan apapun karena dilakukannya dengan ikhlas.
2)      Jangan membicarakan kejelekan orang lain
3)      Jadilah murid yang baik dan hormat kepada guru
4)      Ingatlah semua pengorbanan dan jasa guru kepada kita, karena tanpa mereka kita tidak akan pernah mencapai semuanya sampai akhir dan meraih tujuan yang kita inginkan.

Unsur Ekstrinsik
a)      Latar Belakang Kehidupan Pengarang
-
b)      Nilai-nilai yang terkandung
Nilai moral :
Haruslah ingat kepada jasa-jasa guru yang telah mengantarkan kita mencapai berbagai impian dan cita-cita
Nilai sosial;
Bersikap sopan dan hormatlah kepada guru-guru kita walau kita sudah menjadi alumni, tapi jasanya akan tetap ada dan terkenang dalam hati sanubari.
Nilai religius;
Dalam menjalankan semua tugas dan kewajiban kita harus ikhlas, jangan mengharapkan imbalan apapun yang akan kita terima. Cukup dengan mengharapkan pahala dari Tuhan YME.
Nilai pendidikan;
Sampaikanlah berbagai kebaikan pada sesama tanpa mengharapkan imbalan dan upah apapun. Melalui cerita ini kita dididik untuk dapat menghormati guru, teman, dan sesama kita dengan baik. Bukan dengan menyalahkan semua yang telah diberikan orang lain pada kita, karena itu semua tak berguna, itu hanya menandakan lemahnya iman saat menjalani kehidupan yang fana ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Identifikasi Drama

Menulis Dialog Drama